Minggu, 13 September 2009

GASIFIKASI ARANG BIOMAS DAN ARANG BATU BARA (COKES)


WARNA PANTAT WAJAN HITAM

Gasifikasi biomas maupun batubara pada thermal aplikasi, meskipun secara visual terlihat api warna biru maupun merah cerah tetapi akan meninggalkan jelaga berwarna hitam, yang makin lama juga makin tebal, pada pemakaian dimana gas syntetik masih harus dialirkan melalui pipa burner juga akan ada kecenderungan terjadinya lapisan lapisan jelaga dalam pipa burner yang lama kelamaan akan menyebabkan kebuntuan, pemukulan pipa burner pada saat operasi (dalam keadaan panas) akan membantu mengeluarkan jelaga yang sudah menempel pada dinding burner.
Fenomena ini akan mendasari perencanaan aliran sysntetic gas dari body reaktor sampai dengan ujung penyalaan burner.


WARNA PANTAT WAJAN CENDERUNG KEPUTIH PUTIHAN.

Berbeda dengan gasifikasi arang biomasa maupun arang batu bara, yang karena kandungan bahan menguapnya sudah hampir tidak ada termasuk kandungan air, maka akan didapatkan nyala api yang relatif lebih bersih, dan justru akan meninggalkan sisa jelaga berwarna keputih putihan, perbedaan yang menyolok adalah temperature pirolisis yang lebih tinggi, diatas 1000 derajat celsius mengharuskan pemilihan bahan reaktor pirolisis yang sesuai, ideal dengan menggunakan stainless steel aisi 310 atau apabila menggunakan karbon steel perlu pelapisan castable dengan heat resiastant 1.300 celsius

www.youtube.com/ss170952

Minggu, 16 Agustus 2009

GASIFIKASI PEMBAKARAN KAPUR


Nyala api syn gas pada tobong kapur


Gasifikasi model twinn dia 135 cm pada tradisional kiln.

Pembakaran calsium carbonat untuk dijadikan kapur tohor sangat banyak diusahakan dikawasan yang mengandung batuan calsit umumnya dikawasan pegunungan atau perbukitan disekitar hutan, proses pembakaran dilakukan dalam jobong tradisional dan menggunakan bahan bakar kayu, diperlukan temperature diatas 950 celsius agar terjadi kalsinasi dan memerlukan bahan bakar yang cukup banyak, 10 sd 12 truk kayu bakar diperlukan untuk menghasilkan 30 sd 35 ton kapur tohor (quick lime) , thermal effisiensi dalam kisaran 15%, penggunaan kayu sebagai bahan bakar pembakaran kapur ada kecenderungan terjadinya kerusakan lingkungan utamanya hutan disekitarnya.
Diatas adalah switching energy dengan residu petanian (sekam padi, tongkol jagung dll) dengan terapan gasifikasi dengan goal ekonomis, perbaikan lingkungan dll.

Kelebihan lain dalam penggunaan gasifikasi adalah dihasilkan kapur tohor dengan kwalitas yang lebih baik, hampir tidak ada impurities tambahan dari ash/ abu kayu bakar, selain itu pesentase unburnt/ tidak terkalsinasi lebih sedikit sehingga dalam analisa akan dihasikan quick lime dengan kadar CaO yang lebih tinggi.

Investasi untuk gasifikasi twin model dengan kapasitas setara 40 ltr minyak tanah sebesar Rp 180 juta sedangkan untuk kapasitas setara 60 ltr minyak tanah sebesar Rp 250 juta masing masing untuk kapasitas tobong 30 ton per cycle dan 45 ton per cycle

Sabtu, 09 Mei 2009

15 KVA DIESEL GASIFIKASI.


15 KVA DIESEL GENSET DUAL FUEL MODE.

Dioperasikan 15 kva diesel generator dengan bahan bakar solar dan gas, syngas dari reaktor dilairkan melalui proses pendinginan untuk pengembunan kandungan air yang tercampur tar diikuti dengan system filtrasi yang juga dibuat dari bahan organik baik serbuk gergajian kayu maupun serbuk tongkol jagung yang diletakkan dalam filter housing (bio filtrasi) , pada uji dengan diesel (s 185) yang lebih kecil setelah operasi 60 jam tidak ditemukan endapan tar didalam ruang bakar baik yang menempel di cylinder head maupun di leher leher dari inlet outlet valve. Uji juga meliputi penggantian feedstock dari biomass ke batubara yang telah ditreatment dengan memberikan calsium dan magnesium untuk desulphurisasi dan dari pengamatan visual terlihat kenaikan performance dan pengurangan konsumsi solar yang cukup signifikan.
Seperti yang dilakukan di India sebagian standart uji diesel dengan gasifikasi, diesel harus dijalankan beberapa hari nonstop dan dilakukan pembongkaran cylinder setelah 60 jam dan 300 jam operasi. Tentu dengan segala keterbatasan keterbatasan yang kami lakukan masih jauh dari sempurna tetapi kami yakini hal ini memberikan harapan baru untuk mendapatkan energy yang lebih murah dan ramah lingkungan utamanya untuk saudara saudara yang tinggal dikawasan terpencil.

Jumat, 08 Mei 2009

NATURAL DRAFT GASIFICATION



Sering beberapa sahabat bertanya apa mungkin dibuat design reactor gasifikasi tanpa blower listrik, pertanyaan yang selalu menggelitik dan memang barangkali dan tentu masih ada kawasan kawasan terpencil yang belum teraliri listrik, meskipun sebenarnya blower gasifikasi juga bisa dipilih dengan arus dc dari accu sepeda motor, ya kalau punya sepeda motor ?, nah trus saya harus tanya kesiapa? Tentu pada akhirnya saya harus tanya pada pencipta saya, sejujurnya tersirat dihati saya satu idea kenapa tidak saya mirorkan cerobong asap artinya kenapa tidak dibuat underground pipe untuk supply udara yang mengandung oxygen toh hanya diperlukan 30% dibanding stoiciometrinya biomass (stoiciometri adalah kebutuhan udara untuk pembakaran sempurna) jadi andaikan perlu dibuat under ground paling hanya dibor atau digali 4 meter saja, lebih dangkal dari menggali sumur, tersirat lagi satu isarat bukankah ada beberapa feedstock biomass yang secara volumetric terisi dengan udara, atau meskipun ditumpuk masih ada aliran udara bebas misalnya tongkol jagung, batok kelapa, biji jarak berikut kulitnya, dan kebetulan saya bisa dapatkan batok kelapa untuk langsung saya cobakan hasilnya seperti foto diatas gas menyala diatas reactor dengan aliran udara tarikan alam, begitu pula pada feedstock tongkol jagung artinya ketinggian reactor besifat sebagai cerobong terjadi tarikan alam atau natural draft, khusus untuk feedstock dengan rongga udara kecil memang masih tetap diperlukan jumlah aliran udara dengan tekanan yang lebih besar dan jawabannya adalah under ground stack yang berfungsi sebagai natural draft stack.

Selasa, 05 Mei 2009

SMOKELESS AND ODORLESS COAL GASIFICATION


Nyala lebih bersih dengan asap yang hampir hampir tidak ada begitu pula bau khas pembakaran batubara tidak tercium (smokeless snd odorless)

Tampak pecahan batu bara sebelum dan sesudah ditreatment, treatment dengan melapisi batu bara dengan mineral yang mengandung Ca dan Mg sehingga pada proses pirolisa sulphur sebagai SO2 dengan Calsium dan Oxygen akan bereaksi dan membentuk CaSO4 yang terikat pada cokas atau abu, sehingga dihasilkan nyala yang bebas asap dan bau.

Jumat, 17 April 2009

15 KW dan 100 KW biomass energy


Nyala api 100 kw

Smokeless coal Continu gasifikasi

Coal/ batubara gasifikasi c/w dengan water scruber

Biomas gasifikasi c/w dust cyclone, condenser dan filter


15 KW biomass heating energy


100 KW biomass heating energy

Jumat, 27 Maret 2009

DIESEL BIOMAS GASIFIKASI


Biogasifikasi dengan diesel 10 hp

Beberapa tahun lalu Indonesia telah mencoba menerapkan teknologi biomass gasification untuk diesel engine, dikenal model Bioneer 1 dikopel dengan engine Deutzt 3 cylinder menggerakkan rice milling unit dan selanjutnya dilaporkan adanya tar problem sehingga tidak dilanjutkan (tar problem currently abandoned), sementara dibeberapa Negara tetangga dengan problem yang sama tetap mencari dan menyempurnakan kelemahan kelemahan tersebut sehingga pada akhirnya mereka telah memproduksi secara komersial biomass gasification for dual fuel diesel engine, dari mulai untuk 10 pk sd 500 pk. Kunci keberhasilan mereka barangkali adalah keuletan untuk mencoba dan mencoba , plan do check action bagi merekan bukan sekedar theory kendali mutu tetapi secara konsisten diterapkan, nah dengan rahmat yang maha berilmu kami juga coba mengatasi tar problem dengan cara yang cukup sederhana, untuk pirolisis gasifikasi (biomass feedstock) dengan dust cyclone , tar and vapour condenser dilanjutkan dengan fine filter sebelum dimasukkan ke diesel engine, sedangkan apabila digunakan feedstock batubara gas cleaning and cooling ditreatment dengan double water scruber dilanjutkan dengan hydrated dan fine filter, ternyata secara praktis method gas cleaning and cooling tersebut dapat dan layak diterapkan, tentu bagi akademisi dan peneliti professional hal yang sederhana menjadi tidak sederhana, kajian demi kajian akan dilakukan seminar dan prsentasi slih berganti nah kapan rakyat menikmati ?.

DUAL FUEL DIESEL (SOLAR PLUS ETHANOL)





Terkesan atas dual fuel diesel engine di Mianma (solar dan ethanol) dengan terapan fumigasi, dimana dimanfaatkan ethanol dengan kadar 90% dan dikabutkan dengan karburator yang selanjutnya dimasukkan melalui inlet udara dan ternyata FAO juga telah memberikan panduan untuk terapan pada diesel engine silinder tungal sebagai yang diterapkan di Mianma. Dual fuel diesel egine akan mengkonsumsi 75% bahan bakar solar dan 25% hidrous ethanol (ethanol kadar 90%).
Nah kelihatannya terapan ini sesuai untuk segment pengguna berekonomi lemah dan pada daerah atau kawasan terpencil yang bukan tidak mungkin harga minyak solar lebih mahal dari yang ditetapkan pemerintah, tentu segmen menengah keatas yang mampu membeli mobil diesel dengan harga ratusan juta rupiah bukan target pengguna , bagi merekan berapapun harga solar masih mampu dibeli.
Kami juga coba Diesel RRT 24 hp ,silinder tunggal dicoba di modifikasi dengan memasang carburator Yamaha RX dengan aliran udara yang dihangatkan melalui penukar panas yang dipasang pada knalpot dan hasilnya sesuai dengan yang dipublikasikan FAO, pengguna semacam ini sangat luas dan banyak sekali pada golongan ekonomi lemah yang dimanfaatkan sebagai alat /mata pencaharian sehari hari.
Permasalahannya yalah mereka belum pernah tersentuh dan mendapat sentuhan informasi dan sentuhan teknologi.

Selasa, 10 Maret 2009

PENGERING PADI RAKYAT


(MOHON MAAF KAMI TIDAK / BUKAN MENJUAL MESIN PENGERING PADI)

Selalu panen raya padi jatuh pada musim hujan, tidak hanya padi jagung juga panen pada awal musim hujan, biaya pengeringan menjadi mahal meskipun hanya dengan penjemuran matahari, dimusim hujan waktu pengeringan bervariasi 4 sd 5 hari yang berarti upah pengeringan membengkak dan juga mengganggu perputaran modal, akibatnya harga gabah di tingkat petani turun dan diikuti dengan mundurnya waktu pembayaran, mesin pengering tower model LSU hanya bisa dijangkau pengusaha besar dank arena hamper semua didesign dengan bahan bakar minyak berakibat mesin mesin tersebut menjadi monumental.
Rancangan mesin pengering butiran hasil pertanian model bed/box drier barangkali sebagai salah satu alternative solusi, dengan harga yang reasonable dan dapat dijangkau, menggunakan bahan baku local yang juga dapat dibuat petani sendiri dan biaya operasi sangat murah karena menggunakan sekam padi dengan terapan gasifikasi sebagai sumber pemanasan ditambah kebutukan listrik 350 sd 400 watt untuk blower pengehembus udara.
Mesin pengring ini layak disebut econodrier, dengan harga dalam kisaran Rp 25 sd 35 juta (kalau mau membuat sendiri) petani, pengusaha gilingan gabah akan mendapatkan keuntungan dan kepastian kerja.

Sabtu, 27 Desember 2008

Ethanol berbahan batang sweet sorghum.



Sweet sorgum (jagung cantel) varitas tertentu selain menghasilkan biji (sebagai bahan pangan) batangnya juga mengandung gula relative tinggi, tanaman sudah dapat dipanen pada umur 90 sd 110 hari ,tahun 2006 kami coba varitas lokal tanpa identitas berbiji warna putih dan merah tua ternyata batangnya sama dengan batang jagung (tidak mengandung gula), tahun 2008 kami dapat kiriman bibit dari BPPT Lampung, dua varitas yaitu sorgum berbiji putih dan berbiji merah tua dan setelah diuji tanam pada umur 90 hari batangnya sudah menunjukkan adanya kadar gula yang relative tinggi, terukur untuk sorgum biji putih dengan brix 12 dan sorgum biji merah dengan brix 16-17, dibanding tanaman tebu pada umur 3 bulan ruas pertama paling bawah saja belum muncul, sementara tanaman sorghum sudah dapat dipanen, hal ini memberikan rasa optimism bahwa sweet sorghum layak di kaji dan segera dikembangkan.

Tahun 1979 BP3G Pasuruhan (sekarang P3GI) mendatangkan sorgum varitas Rio, Rama dan Ramada dari Sugar Crops Field Station Missisipi ditanam dan diamati di kebun karantina pulau Puteran Madura, penelitian tanaman sampai uji proses membuat syrup , gula putih dan gula merah dari batangnya dan juga uji fermentasi untuk ethanol.
Tiga tahun berturutan thn 94/95 -95/96 dan 96/97 PT Ajinomoto menguji tanam sweet sorghum di Madura di kawasan kering pada musim hujan, tiga varitas diuji coba Wray, Keller dan Rio dan didapat kandungan gula dalam batang sorghum rata rata >10%, dengan single step dry crushing extraksi 50% dan multiple step crushing with imbibisi extraksi 75%.
Tahun 1997 PTPN XI merencanakan bekerja sama dengan LP3M (Lembaga Penelitian Peningkatan dan Pengembangan Madura) merencanakan pengembangan swet sorghum ( Rio, Keller dan Katengu) di kab Sumenep dan Pamekasan tetapi belum ada kelanjutannya.
Beberapa Negara yang juga intens mengembangkan sweet sorgum adalah India, Thailand dan Zambia.

Kamis, 25 Desember 2008

Asap Cair sebagai hasil sanpingan gasifikasi biomasa.






Biomasa dapat dikonversi untuk energy melalui beberapa cara antara lain pembakaran langsung (burning), pengarangan dan pemadatan (carbonasi and briketing) atau dengan technology gasifikasi. Untuk keperluan energy panas gas hasil reactor gasifikasi sudah layak dan bias langsung digunakan, sedangkan untuk kegunaan tertentu (gas engine) gas tersebut harus dibersihkan dari kandungan kandungan yang tidak diinginkan (partikel padatan maupun tar) dan didinginkan (cooling and clean up).Berbagai cara diperkenalkan untuk proses gas cleanup dan yang palin banyak diterapkan adalah dengan cyclone dust colektor (pemisah partikel padat) diikuti dengan water scruber( pendingin dan pemisah tar) dengan konsekwensi air buangan tercampur tar dan phenol , terapan yang kami coba lakukan adalah dengan cyclone dust colektor (pemisah partikel padat) diikuti dengan gas heat exchanger (penukar panas) sebagai pendingin dan pengkondensasian sisa uap air yang terkandung dalam gas sekaligus sebagai upaya tar removal, sehingga air hanya digunakan sebagai penangkap panas dan dikeluarkan lagi tanpa tercampur dengan tar yang pasti diikuti unsure phenol yang merugikan lingkungan.

System ini akan menghasilkan produk utama
Gas (synthetic gas/producer gas) dengan temperature 38 sd 40 celsius yang sudah relative bersih dan dapat digunakan untuk gas engine.
Produk sampingan yang dihasillkan
1.Asap cair (liquid smoke) dengan karakter sesuai dengan feedstocknya, yang dapat dimanfaatkan sebagai pengawet makanan, pestisida organic dan lain lain tergantung dari nfedstock yang dipakai.
2.Arang (charcoal) dengan berbagai kegunaan misalnya apabila feedstock yang digunakan tempurung kelapa atau tongkol jagung akan dihasilkan arang (untuk membakar sate dll) sedangkan apabila digunakan sekam padi arangnya dapat digunakan sebagai organic fertilizer (pupuk organic dengan kalium app1% dan bo > 50%).

Rabu, 24 Desember 2008

ethanol distilasi 10 sd 15 liter/jam




Uji ethanol distilasi equipment dengan kapasitas 10 sd 15 ltr/jam. Batch proses dengan coloumn packing reflux distillation, rashig packing dari sus 304 – diameter 20 mm dengan tinggi 1,2 meter. Dengan dua reflux condenser c/w thermo control, pemanas dengan menggunakan vertical boiler bahan bakar padat (kayu, limbah pertanian, batu bara dll), dihasilkan ethanol dengan kadar 92 sd 94% v/v.

Selasa, 08 April 2008

Aneka bahan untuk gasifikasi


Banyak ragam bahan untuk feedstock gasifikasi dari batok kelapa, sekam padi, tongkol jagung , kulit kacang, chicken litter , kotoran kambing kering dll, sungguh maha sayang Engkau kepada mahkluqmu yang sesungguhnya dlolim.

Senin, 07 April 2008

kompor gas batubara untuk industri kecil

GASIFIKASI SEKAM PENGERING PADI



Gasifikasi sekam padi untuk mesin pengring padi menggantikan kompor miyak tanah 17 ltr/jam.

Senin, 18 Februari 2008

KOMPOR GAS SEKAM







Ir Hudha Djalil sedang mencoba menggoreng dengan kompor gas sekam.

Rabu, 06 Februari 2008

PENGERING PADI BAHAN BAKAR SEKAM

Ringkasan

Gabah dikenal dengan nama latin ORYZA SATIVA adalah famili dari rumput rumputan (GRAMINEAE) merupakan salah satu bahan makanan dari biji bijian tertua didunia yang dikonsumsi sebagian besar manusia didunia termasuk di Indonesia, salah satu masalah dalam rantai produksi gabah adalah proses pengeringan gabah dari hasil panen yang dikenal dengan “Gabah Kering Sawah” , kadar air yang terkandung didalamnya dalam kisaran 35-20% (tergantung dari tingkat kemasakan waktu panen, cuaca waktu panen dll), Permalahannya yalah apabila gabah tidak segera dikeringkan akan terjadi kerusakan pada butir beras yang akan dihasilkan , ditandai dengan warna beras yang tidak bisa putih (ada flex coklat yang dalam istilah pedesaan disebut beras ngecap , karena ada warna seperti kecap), dan hal ini menyebabkan harga jual yang rendah bahkan tempo tempo agak sulit untuk menjualnya, begitu pula dengan kadar >15% gabah tidak mempunyai ketahanan simpan , beberapa daerah di Jawa Timur mengalami panen raya di bulan bulan pada curah hujan yang tinggi (Ngawi, Bojonegoro,Tuban dll), pengeringan dengan sinar matahari di musim hujan memerlukan waktu yang relatif lama (3-4 hari) yang berarti biaya pengeringan menjadi mahal dan bagi pengusaha beras sangat mengganggu sirkulasi perdagangan berasnya.
Umumnya gabah dikeringkan dibawah terik matahari dihampar diatas lantai semen, anyaman bambu atau terpal dan dilakukan pembalikan berulang kali, sampai kadar air memenuhi sarat penentuan kadar air bisa dilakukan dengan TESTER DIGITAL yang sudah banyak dijual atau dengan perasaan , biasanya butir gabah digigit dan apabila terdengar bunyi KLETUK berarti kadar air sudah memenuhi untuk disimpan atau digiling, kadar air gabah untuk disimpan dalam kisaran 14% (GABAH KERING LUMBUNG), sedangkan apabila langsung digiling kadar air ideal 12-13% (GABAH KERING GILING).
Pengeringan dengan matahari sangat tergantung dari kondisi cuaca, untuk tanaman gabah kedua (Dikenal sebagai Tanaman MK/musim kemarau atau tanaman gadu) tidak banyak masalah karena panen raya jatuh pada awal atau musim kemarau,
Pengeringan matahari.
Proses pengeringan gabah tradisional dengan matahari (sun drying) adalah proses pengeringan yang paling banyak dilakukan , baik oleh petani gabah (untuk dijual sebagai gabah kering atau untuk disimpan sebagai tabungan dalam lumbung gabah) dan
pengusaha penggilingan beras biaya pengeringan bervariasi dan sangat tergantung pada kondisi cuaca.
Biaya langsung hanya berupa upah kerja, pengeringan selama dua hari (cuaca normal) memerlukan tenaga kerja 1 HK/ton gabah kering (1 HK perhari/ton gabah kering) dengan upah rata rata dipedesaan Rp 20.000/hari maka biaya langsung pengeringan adalah Rp 40.000/ton atau Rp 40/kg, pada kondisi cuaca berawan dan musim penghujan biaya waktu pengeringan menjadi lama (tidak terukur) dan berakibat naiknya biaya pengeringan yang kadang kala lebih dari Rp 100,- per kg gabah.
Biaya investasi meliputi tanah dan bangunan lantai jemuran , biasanya beton rabat tanpa tulangan dengan ratio ideal 150 m2 lantai jemuran/ton gabah kering, investasi untuk lantai jemuran dalam kisaran Rp 100.000/m2 sehingga untuk lantai jemuran diperlukan investasi Rp 15.000.000,-/ ton kapasitas. ditambah invetasi untuk beberapa lembar terpal untuk persiapan penutup jemuran apabila terjadi hujan dengan tiba tiba.
Pengering Buatan
Pengering gabah yang paling popular saat ini adalah model menara pengering, pengembangan dari Lousiana State Univercity (LSU), gabah basah dengan bucket elevator dinaikkan dan dituang dibagian atas menara, gabah yang jatuh melalui sirip segitiga yang diberi hembusan udara panas, proses diulang ulang sampai kadar air yang diinginkan tercapai, energy pengeringan umumnya menggunakan bahan bakar minyak.
Mesin pengering buatan kapasitas 10 ton gabah kering perhari (8 – 12 jam) dengan bahan bakar minyak tanah dalam kisaran Rp 200 juta (equipment only) belum termasuk bangunan untuk tempat mesin pengering ,dengan konsumsi 250 – 300 ltr minyak tanah per 10 ton kali Rp 6.000 per liter berarti biaya bahan baker untuk pengeringan Rp 150 – 180/kg. belum termask tenaga kerja, listrik dan penyusutan artinya mesin pengering yang sudah dibeli tidak ekonomis dioperasikan dan menjadi mubadzir, menjadi monumental.

Modifikasi Mesin Pengering.
Dari neraca masa padi diatas tiap ton gabah selain menghasilkan beras dan bekatul juga menghasilkan sekam padi yang sebenarnya adalah energy artinya bisa digunakan untuk mengganti minyak tanah untuk proses pengeringan, yang diperlukan hanya melepas brander minyak diganti dengan reaktor gasifikasi dengan bahan bakar sekam, secara sederhana tiap liter minyak tanah mempunyai kalori setara dengan 3 kg sekam yang secara ekonomis hampir hampir idak ada nilainya.
Biaya modifikasi dalam kisaran Rp 60 – 70 juta dan akan kembali dalam waktu singkat serta mesin yang sudah terlanjur dibeli tidak perlu harus dibesi tuakan.

Selasa, 29 Januari 2008

UJI BUAT DAN APLIKASI ETHANOL

AYO COBA BUAT ETHANOL

Raw Material / Bahan baku.

Ethanol dapat dibuat dari tiga kategori material selanjutnya disebut FEEDSTOCK.
1.SACCHARINE MATERIALS (tanaman mengandung gula).
Tebu, Tetes ,Bit Gula, Sweet Sorghum,Buah buah an dll.
2.STARCHY MATERIALS (tanaman mengandung pati).
Jagung, Ketela pohon, kentang, larut, biji sweet sorghum,gandum , beras , beras ketan dll,
3.CELLULOSE MATERIALS (tanaman mengandung serat)
Kayu, Jerami, batang jagung, janggel jagung, limbah kayu dll.

Dari ketiga jenis material diatas sacharine material prosesnya lebih pendek, karena sudah ada kandungan gulanya, sehingga setelah tahap persiapan dapat langsung dilakukan proses fermentasi (peragian), sedangkan untuk kedua material lainnya didahului dengan proses converse dari STARCH (PATI) maupun CELLULOSE menjadi gula (proses sakarifikasi) baru dilakukan proses fermentasi dan distilasi.


Penjelasan proses.
Gula disakarida /sacarosa dengan jumlah carbon 12 apabila dilarutkan atau ditambah air akan mengalami proses INVERSI/hidrolisis, menjadi gula invert/monosakarida yaitu glucose dan fructose dengan jumlah karbon masing masing 6.

C12H22O11 + H2O ------ C6H12O6 + C6H12O6
Sacarose Air Glucose Fructose
BM 342 BM 18 BM 180 BM 180

Selanjutnya monosakarida (glucose dan fructose) selama fermentasi akan dirombak menjadi alcohol/ ethanol dan gas karbon dioksida serta panas .

C6H12O6 ------------- 2C2H5 OH + 2CO2 + 22 kkal
Glucose/ Fructose Ethanol Carbon dioksida
BM 180 BM 92 BM 88

Dari proses diatas akan tampak neraca masa yang timbul , secara kasar terlihat bahwa tiap satu satuan berat gula akan menjadi 53,8% ethanol, karena density ethanol 0,8 maka tiap satuan berat gula menghasilkan setara dengan 0,675 liter ethanol, dengan memperhitungkan efisiensi fermentasi dan effisiensi distilasi actual akan didapat 0,55 liter ethanol tiap kg gula.


Proses fermentasi.

Proses fermentasi adalah proses perombakan gula oleh activitas ragi , dimana ikatan kimia rantai karbon dari glucose dan fructose dilepas satu demi satu dan dirangkai secara kimiawi menjadi molekul ethanol dan gas karbon dioksida serta menghasilkan panas,
Ragi sendiri termasuk jasat renik keluarga vegeta, ragi akan mengeluarkan enzyme yang sangat complex yang mampu melakukan perombakan monosakarida menjadi ethanol dan carbon diokasida, jenis ragi untuk proses alcohol/ ethanol adalah sacarimeses C,


Apabila kita renungkan maka activitas fermentasi adalah activitas colossal yang melibatkan milyaran ragi, yang bekerja siang malam tanpa komando, satu demi satu gugusan carbon dari gula dilepas dari ikatan kimianya dan di rakit menjadi gugusan baru ethanol tanpa kesalahan dan pada akhirnya akibat activitasnya terjadi kenaikan suhu yang kadang kala menyebabkan siragi terbunuh sebagai suhada, begitu pula kadang dia mati karena tidak tahan dalam kadar alkohol yang dia buat sendiri, sungguh benar ILMUMU meliputi alam semesta.

Kecepatan proses fermentasi sangat tergantung dari beberapa hal antara lain:
Kandungan monosakarida dan derajat keasaman serta temperature, derajat keasaman ideal antara 4,8 s/d 5 dan temperature mash diusahakan tidak lebih dari 30 celsius, seperti diketahui bahwa ragi akan menjadi inactive pada temperature diatas 30 atau 32 Celsius dan pada kadar alkohol 12 % (kecuali ragi ragi tertentu yang sudah direkayasa untuk lebih mempunyai ketahanan thd temperature dan kadar alkohol).Fermentasi akan berlangsung 1 hari sampai dengan 2 hari.


Proses Fermentasi.

1.Penyiapan ragi.
Pemberian ragi 0.5 kg tiap 1.000 liter mash dengan kandungan total gula 20-22%, pemberian dilakukan dengan membiakkan ragi dalam 10 liter mash selama kurang lebih 1 jam pada suhu max 30 celsius, pembiakan dilakukan dalam tangki ragi (yeast tank).
2.Penyiapan mash.
Dengan bahan dari tetes hanya perlu proses pengenceran s/d kandungan total gula antara 20-22 %, pengenceran dengan air bersih, dengan kandungan total gula ini apabila semua terfermentasi akan didapat mash dengan kadar ethanol dalam kisaran 10% dimana ragi pada umumnya masih mampu bertahan hidup dan aktiv, terkecuali bila didapatkan ragi yang telah direkayasa mampu bertahan hidup pada kadar ethanol yang lebih tinggi (turbo east misalnya).
Selain itu pH mash diajust antara 4,5-5 dengan menambahkan asam apabila terlalu basa dan mengendalikan temperature tidak lebih dari 30 celsius.
3.Kebersihan.
Kebersihan peralatan sangat penting dalam pengendalian kehilangan Ethanol, kondisi kotor sangat memungkinkan ragi dan micro organisme liar yang terdapat diudara bebas atau menempel dikotoran akan menyebabkan kontaminasi yang sangat merugikan.
Azetobacter akan menghasilkan vinegar begitu pula dengan lactobacillus family akan merubah ethanol menjadi asam laktat yang berarti menurunkah hasil ethanol yang didapat, kontaminasi level (bacteria/ml) diatas 100 jkuta akan menyebabkan kehilangan ethanol app 5%.

Proses distilasi.

Hasil fermentasi berupa larutan dengan kandungan alcohol selanjutnya disebut mash atau beer, alcohol selanjutnya dipisahkan dari air dan fraksi padat lainnya dengan cara distilasi (penyulingan), pemisahan dengan penyulingan ini terjadi karena perbedaan titik didih air dan ethanol, ethanol dengan titik didih app 78 celsius ( 173 F) sedangkan air dengan titik didih 100 celsius (212 F), keterbatasan penyulingan ini karena ethanol larut dalam air secara proposional, maximum dapat dihasilkan ethanol sampai kemurnian app 95% ( 5% air v/v) lazimnya disebut hidrous ethanol.

Kamis, 24 Januari 2008

KONVERSI MINYAK TANAH KE BIOMASS

RINGKASAN

Gabah dikenal dengan nama latin ORYZA SATIVA adalah famili dari rumput rumputan (GRAMINEAE) merupakan salah satu bahan makanan dari biji bijian tertua didunia yang dikonsumsi sebagian besar manusia didunia termasuk di Indonesia, dari gabah selain dihasilkan beras untuk konsumsi manusia juga didapat bekatul (dedak halus) untuk pakan ternak dan juga dedak kasar (sekam padi) pemanfaatannya belum optimal. Theoritis l kg sekam mengandung kalori 3.000 kcal/kg disbanding dengan minyak tanah 9.000 kcal/kg. bayangkan dari 52 juta ton gabah produk nasional akan didapat sekam hamper 12 juta ton setara dengan lebih dari 3,5 juta ton minyak bumi, belum energy dari tongkol jagung .
Permasalahannya yalah bagaimana energy tersebut dapat digunakan dengan aman, nyaman dan juga “bergengsi.”
Beberapa Negara tetangga kita kelihatannya sudah memulai dengan implementasi dan aplikasi conversi gasifikasi dari biomas energy, sementara kita masih berada pada sekitar penelitian dan kajian yang entah sampai kapan wallohu alam.
2007 mari kita coba konversi energy sekam dan diimplentasikan dilapangan mungkin dengan segala kekurangan kekurangannya yang harus kita lewati sebelum mencapai sasaran ,
Sejahtera Indonesiaku -zamrud hijau sekitar katulistiwa – secuil tanah dari sorga.

Wassalam.

Pendahuluan.
Bahan baker minyak secara bertahap akan diganti dengan bahan baker gas (LPG), kedepan bagaimanapun bahan baker fosil makin langka sehingga prediksi ekonomis tidak mungkin harga bahan baker fosil bisa murah, sekeliling kita di masarakat pertanian cukup banyak energy yang belum termanfaatkan secara optimal dari sekam padi, jerami, tongkol jagung, kulit kacang tanah, batang kedelai dll yang merupakan residu hasil pertanian.
Salah satu methode pemanfaatan nya yalah dengan gasifikasi dimana biomas terseut dengan pembakaran pyrolisis dikonversikan menjadi gas baker yang lebih aman dan nyaman digunakan.

Theory
Biomass energy dapat dimanfaatkan melalui tiga methode:
1. Pembakaran (burning) ini adalah cara paling tua , dimana biomas (kayu ) dll dibakar untuk dimanfaatkan sebagai sumber panas.
2. Pengarangan dan pemadatan (carbonasi and briketing) biomass dibakar tertutup dengan oxygen terbatas sehingga menghasilkan arang biomass.
3. Pengegasan (Gasifikasi) biomas dibakar dengan oxygen terbatas (30% dari pembakaran) sehingga dihasilkan syngas H2 – CO – CH4 sebagai gas baker.

Berdasar theory tersebut sebenarnya hamper semua sisa biomass dapat dimanfaatkan sebagai sumber energy terbarukan, salah satu diantaranya yang cukup potensial adalah “SEKAM PADI” sebagai hasil samping industri beras yang ketersediaanya menyebar hamper di semua kawasan dengan nilai ekonomis yang sanagt rendah ( 1 zak besar dengan berat 20 kg kadang cukup dengan uang Rp 1.000,-).

Dua Type Kompor Gas Sekam.

1.Untuk Rumah Tangga.
Standart untuk keluarga kecil dibuat dengan kapasitas 45 menit dengan isi sekam 1,5 kg dan dapat dinyalakan kembali dengan cepat dengan mengisi ulang sekam.

Bahan dan pembuatan.
Material dibuat dari plat tebal 1.5 s//d 3 mm tergantung dari tersedianya material dan biaya , model rumah tangga diatas dibuat dari plat tebal1,5- 2 mm dengan umur teknis diperhitungkan lebih dari 5 tahun (2 -3 jam/hari), unit metal blower dengan daya 15 atau 20 watt untuk penghembus oxygen dengan pengatur putaran, biaya pembuatan sangat tergantung dari tersedianya dan pemilihan bahan dalam kisaran Rp 150.000 s/d Rp 300.000,-

Pengoperasian.
Tidak terlalu sulit , langkah pertama isi sekam secukupnya, kemudian nyalakan bagian atas sekam dengan serpihan kertas, kayu atau sedikit minyak tanah, hidupkan blower dan 1 atau 2 enit kompor siap untuk digunakan, kalau nyala sudah habis buka pintu arang dibawah , keluarkan arang maka kompor dapat diisi kembali dan digunakan.

2.Untuk Industri.
Tegantung dari kebutuhan (besar panas dan waktu yang dibutuhkan), model model dibawah ini dengan beberapa penggunaan.
Unit ukuran 70 cm x 70 cm x 3 meter tinggi dengan bahan baker sekam dipasang pada ketel air untuk indutri gula mini di Wonorejo Wates Kediri.
Unit ukuran 35 cm diameter tinggi 195 cm sedang dipasang untuk diesel gasifikasi untuk pompanisasi pertanian.
Dan tentunya banyak kegunaan lainnya misalnya untuk pengering padi mengganti yang saat ini masih menggunakan bahan baker minyak tanah, pengering/ open tembakau dll.

Analisa ekonomis.
Secara sederhana dapat di ilustrasikan sbb:
- 1 liter minyak tanah bersubsidi Rp 2.5000 untuk 7.000 k kalori.
- 1 kg LPG Rp 6.250 untuk 9.000 k kkalori.
- 1 kg sekam Rp 50,- untuk 3.000 k kalori.
Dari ilustrasi diatas terlihat betapa murahnya energy biomas diatas apabila mau mengimplementasikan.