Jumat, 27 Maret 2009
DIESEL BIOMAS GASIFIKASI
Biogasifikasi dengan diesel 10 hp
Beberapa tahun lalu Indonesia telah mencoba menerapkan teknologi biomass gasification untuk diesel engine, dikenal model Bioneer 1 dikopel dengan engine Deutzt 3 cylinder menggerakkan rice milling unit dan selanjutnya dilaporkan adanya tar problem sehingga tidak dilanjutkan (tar problem currently abandoned), sementara dibeberapa Negara tetangga dengan problem yang sama tetap mencari dan menyempurnakan kelemahan kelemahan tersebut sehingga pada akhirnya mereka telah memproduksi secara komersial biomass gasification for dual fuel diesel engine, dari mulai untuk 10 pk sd 500 pk. Kunci keberhasilan mereka barangkali adalah keuletan untuk mencoba dan mencoba , plan do check action bagi merekan bukan sekedar theory kendali mutu tetapi secara konsisten diterapkan, nah dengan rahmat yang maha berilmu kami juga coba mengatasi tar problem dengan cara yang cukup sederhana, untuk pirolisis gasifikasi (biomass feedstock) dengan dust cyclone , tar and vapour condenser dilanjutkan dengan fine filter sebelum dimasukkan ke diesel engine, sedangkan apabila digunakan feedstock batubara gas cleaning and cooling ditreatment dengan double water scruber dilanjutkan dengan hydrated dan fine filter, ternyata secara praktis method gas cleaning and cooling tersebut dapat dan layak diterapkan, tentu bagi akademisi dan peneliti professional hal yang sederhana menjadi tidak sederhana, kajian demi kajian akan dilakukan seminar dan prsentasi slih berganti nah kapan rakyat menikmati ?.
DUAL FUEL DIESEL (SOLAR PLUS ETHANOL)
Terkesan atas dual fuel diesel engine di Mianma (solar dan ethanol) dengan terapan fumigasi, dimana dimanfaatkan ethanol dengan kadar 90% dan dikabutkan dengan karburator yang selanjutnya dimasukkan melalui inlet udara dan ternyata FAO juga telah memberikan panduan untuk terapan pada diesel engine silinder tungal sebagai yang diterapkan di Mianma. Dual fuel diesel egine akan mengkonsumsi 75% bahan bakar solar dan 25% hidrous ethanol (ethanol kadar 90%).
Nah kelihatannya terapan ini sesuai untuk segment pengguna berekonomi lemah dan pada daerah atau kawasan terpencil yang bukan tidak mungkin harga minyak solar lebih mahal dari yang ditetapkan pemerintah, tentu segmen menengah keatas yang mampu membeli mobil diesel dengan harga ratusan juta rupiah bukan target pengguna , bagi merekan berapapun harga solar masih mampu dibeli.
Kami juga coba Diesel RRT 24 hp ,silinder tunggal dicoba di modifikasi dengan memasang carburator Yamaha RX dengan aliran udara yang dihangatkan melalui penukar panas yang dipasang pada knalpot dan hasilnya sesuai dengan yang dipublikasikan FAO, pengguna semacam ini sangat luas dan banyak sekali pada golongan ekonomi lemah yang dimanfaatkan sebagai alat /mata pencaharian sehari hari.
Permasalahannya yalah mereka belum pernah tersentuh dan mendapat sentuhan informasi dan sentuhan teknologi.
Langganan:
Postingan (Atom)