Kamis, 24 Januari 2008

KONVERSI MINYAK TANAH KE BIOMASS

RINGKASAN

Gabah dikenal dengan nama latin ORYZA SATIVA adalah famili dari rumput rumputan (GRAMINEAE) merupakan salah satu bahan makanan dari biji bijian tertua didunia yang dikonsumsi sebagian besar manusia didunia termasuk di Indonesia, dari gabah selain dihasilkan beras untuk konsumsi manusia juga didapat bekatul (dedak halus) untuk pakan ternak dan juga dedak kasar (sekam padi) pemanfaatannya belum optimal. Theoritis l kg sekam mengandung kalori 3.000 kcal/kg disbanding dengan minyak tanah 9.000 kcal/kg. bayangkan dari 52 juta ton gabah produk nasional akan didapat sekam hamper 12 juta ton setara dengan lebih dari 3,5 juta ton minyak bumi, belum energy dari tongkol jagung .
Permasalahannya yalah bagaimana energy tersebut dapat digunakan dengan aman, nyaman dan juga “bergengsi.”
Beberapa Negara tetangga kita kelihatannya sudah memulai dengan implementasi dan aplikasi conversi gasifikasi dari biomas energy, sementara kita masih berada pada sekitar penelitian dan kajian yang entah sampai kapan wallohu alam.
2007 mari kita coba konversi energy sekam dan diimplentasikan dilapangan mungkin dengan segala kekurangan kekurangannya yang harus kita lewati sebelum mencapai sasaran ,
Sejahtera Indonesiaku -zamrud hijau sekitar katulistiwa – secuil tanah dari sorga.

Wassalam.

Pendahuluan.
Bahan baker minyak secara bertahap akan diganti dengan bahan baker gas (LPG), kedepan bagaimanapun bahan baker fosil makin langka sehingga prediksi ekonomis tidak mungkin harga bahan baker fosil bisa murah, sekeliling kita di masarakat pertanian cukup banyak energy yang belum termanfaatkan secara optimal dari sekam padi, jerami, tongkol jagung, kulit kacang tanah, batang kedelai dll yang merupakan residu hasil pertanian.
Salah satu methode pemanfaatan nya yalah dengan gasifikasi dimana biomas terseut dengan pembakaran pyrolisis dikonversikan menjadi gas baker yang lebih aman dan nyaman digunakan.

Theory
Biomass energy dapat dimanfaatkan melalui tiga methode:
1. Pembakaran (burning) ini adalah cara paling tua , dimana biomas (kayu ) dll dibakar untuk dimanfaatkan sebagai sumber panas.
2. Pengarangan dan pemadatan (carbonasi and briketing) biomass dibakar tertutup dengan oxygen terbatas sehingga menghasilkan arang biomass.
3. Pengegasan (Gasifikasi) biomas dibakar dengan oxygen terbatas (30% dari pembakaran) sehingga dihasilkan syngas H2 – CO – CH4 sebagai gas baker.

Berdasar theory tersebut sebenarnya hamper semua sisa biomass dapat dimanfaatkan sebagai sumber energy terbarukan, salah satu diantaranya yang cukup potensial adalah “SEKAM PADI” sebagai hasil samping industri beras yang ketersediaanya menyebar hamper di semua kawasan dengan nilai ekonomis yang sanagt rendah ( 1 zak besar dengan berat 20 kg kadang cukup dengan uang Rp 1.000,-).

Dua Type Kompor Gas Sekam.

1.Untuk Rumah Tangga.
Standart untuk keluarga kecil dibuat dengan kapasitas 45 menit dengan isi sekam 1,5 kg dan dapat dinyalakan kembali dengan cepat dengan mengisi ulang sekam.

Bahan dan pembuatan.
Material dibuat dari plat tebal 1.5 s//d 3 mm tergantung dari tersedianya material dan biaya , model rumah tangga diatas dibuat dari plat tebal1,5- 2 mm dengan umur teknis diperhitungkan lebih dari 5 tahun (2 -3 jam/hari), unit metal blower dengan daya 15 atau 20 watt untuk penghembus oxygen dengan pengatur putaran, biaya pembuatan sangat tergantung dari tersedianya dan pemilihan bahan dalam kisaran Rp 150.000 s/d Rp 300.000,-

Pengoperasian.
Tidak terlalu sulit , langkah pertama isi sekam secukupnya, kemudian nyalakan bagian atas sekam dengan serpihan kertas, kayu atau sedikit minyak tanah, hidupkan blower dan 1 atau 2 enit kompor siap untuk digunakan, kalau nyala sudah habis buka pintu arang dibawah , keluarkan arang maka kompor dapat diisi kembali dan digunakan.

2.Untuk Industri.
Tegantung dari kebutuhan (besar panas dan waktu yang dibutuhkan), model model dibawah ini dengan beberapa penggunaan.
Unit ukuran 70 cm x 70 cm x 3 meter tinggi dengan bahan baker sekam dipasang pada ketel air untuk indutri gula mini di Wonorejo Wates Kediri.
Unit ukuran 35 cm diameter tinggi 195 cm sedang dipasang untuk diesel gasifikasi untuk pompanisasi pertanian.
Dan tentunya banyak kegunaan lainnya misalnya untuk pengering padi mengganti yang saat ini masih menggunakan bahan baker minyak tanah, pengering/ open tembakau dll.

Analisa ekonomis.
Secara sederhana dapat di ilustrasikan sbb:
- 1 liter minyak tanah bersubsidi Rp 2.5000 untuk 7.000 k kalori.
- 1 kg LPG Rp 6.250 untuk 9.000 k kkalori.
- 1 kg sekam Rp 50,- untuk 3.000 k kalori.
Dari ilustrasi diatas terlihat betapa murahnya energy biomas diatas apabila mau mengimplementasikan.

2 komentar:

  1. Biomass Energi salah satu teknologi yg sedang marak diterapkan di negara2 yg mengkonsepkan pemakaian energi dng TIDAK mempergunakan Fosil. Secara demografis maupun goepolitik Indonesia sangat layak menerapkan sistem BIOMASS ini meskipun kita memiliki minyak fosil yg juga melimpah namun campur tangan Globalisasi membuat kita menjadi tak berdaya. Selayaknya kita akhiri intervensi itu dng memadukan hasil pertanian sekaligus dng menghasilkan ENERGI yg MURAH!!!

    (Salam & Salut: Zen San)
    Semoga kita Lekas sembuh....!

    BalasHapus