Ringkasan
Gabah dikenal dengan nama latin ORYZA SATIVA adalah famili dari rumput rumputan (GRAMINEAE) merupakan salah satu bahan makanan dari biji bijian tertua didunia yang dikonsumsi sebagian besar manusia didunia termasuk di Indonesia, salah satu masalah dalam rantai produksi gabah adalah proses pengeringan gabah dari hasil panen yang dikenal dengan “Gabah Kering Sawah” , kadar air yang terkandung didalamnya dalam kisaran 35-20% (tergantung dari tingkat kemasakan waktu panen, cuaca waktu panen dll), Permalahannya yalah apabila gabah tidak segera dikeringkan akan terjadi kerusakan pada butir beras yang akan dihasilkan , ditandai dengan warna beras yang tidak bisa putih (ada flex coklat yang dalam istilah pedesaan disebut beras ngecap , karena ada warna seperti kecap), dan hal ini menyebabkan harga jual yang rendah bahkan tempo tempo agak sulit untuk menjualnya, begitu pula dengan kadar >15% gabah tidak mempunyai ketahanan simpan , beberapa daerah di Jawa Timur mengalami panen raya di bulan bulan pada curah hujan yang tinggi (Ngawi, Bojonegoro,Tuban dll), pengeringan dengan sinar matahari di musim hujan memerlukan waktu yang relatif lama (3-4 hari) yang berarti biaya pengeringan menjadi mahal dan bagi pengusaha beras sangat mengganggu sirkulasi perdagangan berasnya.
Umumnya gabah dikeringkan dibawah terik matahari dihampar diatas lantai semen, anyaman bambu atau terpal dan dilakukan pembalikan berulang kali, sampai kadar air memenuhi sarat penentuan kadar air bisa dilakukan dengan TESTER DIGITAL yang sudah banyak dijual atau dengan perasaan , biasanya butir gabah digigit dan apabila terdengar bunyi KLETUK berarti kadar air sudah memenuhi untuk disimpan atau digiling, kadar air gabah untuk disimpan dalam kisaran 14% (GABAH KERING LUMBUNG), sedangkan apabila langsung digiling kadar air ideal 12-13% (GABAH KERING GILING).
Pengeringan dengan matahari sangat tergantung dari kondisi cuaca, untuk tanaman gabah kedua (Dikenal sebagai Tanaman MK/musim kemarau atau tanaman gadu) tidak banyak masalah karena panen raya jatuh pada awal atau musim kemarau,
Pengeringan matahari.
Proses pengeringan gabah tradisional dengan matahari (sun drying) adalah proses pengeringan yang paling banyak dilakukan , baik oleh petani gabah (untuk dijual sebagai gabah kering atau untuk disimpan sebagai tabungan dalam lumbung gabah) dan
pengusaha penggilingan beras biaya pengeringan bervariasi dan sangat tergantung pada kondisi cuaca.
Biaya langsung hanya berupa upah kerja, pengeringan selama dua hari (cuaca normal) memerlukan tenaga kerja 1 HK/ton gabah kering (1 HK perhari/ton gabah kering) dengan upah rata rata dipedesaan Rp 20.000/hari maka biaya langsung pengeringan adalah Rp 40.000/ton atau Rp 40/kg, pada kondisi cuaca berawan dan musim penghujan biaya waktu pengeringan menjadi lama (tidak terukur) dan berakibat naiknya biaya pengeringan yang kadang kala lebih dari Rp 100,- per kg gabah.
Biaya investasi meliputi tanah dan bangunan lantai jemuran , biasanya beton rabat tanpa tulangan dengan ratio ideal 150 m2 lantai jemuran/ton gabah kering, investasi untuk lantai jemuran dalam kisaran Rp 100.000/m2 sehingga untuk lantai jemuran diperlukan investasi Rp 15.000.000,-/ ton kapasitas. ditambah invetasi untuk beberapa lembar terpal untuk persiapan penutup jemuran apabila terjadi hujan dengan tiba tiba.
Pengering Buatan
Pengering gabah yang paling popular saat ini adalah model menara pengering, pengembangan dari Lousiana State Univercity (LSU), gabah basah dengan bucket elevator dinaikkan dan dituang dibagian atas menara, gabah yang jatuh melalui sirip segitiga yang diberi hembusan udara panas, proses diulang ulang sampai kadar air yang diinginkan tercapai, energy pengeringan umumnya menggunakan bahan bakar minyak.
Mesin pengering buatan kapasitas 10 ton gabah kering perhari (8 – 12 jam) dengan bahan bakar minyak tanah dalam kisaran Rp 200 juta (equipment only) belum termasuk bangunan untuk tempat mesin pengering ,dengan konsumsi 250 – 300 ltr minyak tanah per 10 ton kali Rp 6.000 per liter berarti biaya bahan baker untuk pengeringan Rp 150 – 180/kg. belum termask tenaga kerja, listrik dan penyusutan artinya mesin pengering yang sudah dibeli tidak ekonomis dioperasikan dan menjadi mubadzir, menjadi monumental.
Modifikasi Mesin Pengering.
Dari neraca masa padi diatas tiap ton gabah selain menghasilkan beras dan bekatul juga menghasilkan sekam padi yang sebenarnya adalah energy artinya bisa digunakan untuk mengganti minyak tanah untuk proses pengeringan, yang diperlukan hanya melepas brander minyak diganti dengan reaktor gasifikasi dengan bahan bakar sekam, secara sederhana tiap liter minyak tanah mempunyai kalori setara dengan 3 kg sekam yang secara ekonomis hampir hampir idak ada nilainya.
Biaya modifikasi dalam kisaran Rp 60 – 70 juta dan akan kembali dalam waktu singkat serta mesin yang sudah terlanjur dibeli tidak perlu harus dibesi tuakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar